August 10, 2006

Bahkan kafir Quraisy pun bersabar

Dan apabila mereka melihat engkau (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan engkau sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai Rasul? Sungguh, hampir saja dia menyesatkan kita dari sesembahan kita, seandainya kita tidak tetap bertahan (menyembah)nya." Dan kelak mereka akan mengetahui pada saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. (Al Furqan : 41-42)

Banyak diantara kita yang sudah cukup tahu bahwa dalam Islam kita diajarkan untuk selalu bersabar dalam keadaan apapun. Alqur'anulkarim pun dalam surat Al Baqoroh ayat ke 45 menyebutkan, 'Wasta'inuubishobri washolaati', Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat.

Dakwah fase mekkah adalah fase dakwah yang sangat berat, ketika itu adalah saat ketika islam baru mulai berkembang, dan mengalami perlawanan luarbiasa dari kaum kafir Quraisy makkah. Ejekan, siksaan dan tindakan semena-mena lainnya adalah hal yang biasa bagi para pemeluk Islam ketika itu. Dalam kondisi dimana Islam tidak memiliki kekuasaan seperti itu, sebuah keyakinan pada ideologi Islam yang sangat luarbiasa adalah modal Rasul dan para sahabat. Sebuah modal luar biasa yang bahkan ketika pemimpin kaum kafir quraisy ingin menukarnya dengan kekuasaan, harta dan wanita, Rasul dan para sahabatpun menolak mentah-mentah.

Dalam surat Al Fur'qan ayat 41-42 tadi kita telah menemukan sebuah fakta yang menarik. Surat itu menceritakan tentang sebuah ejekan dari kaum kafir Quraisy ketika itu.

'ooo jadi ini to utusan Allah itu, Wah, hampir aja dia bikin kita berpaling dari berhala-berhala kita, untung aja kita masih bisa sabar'

sebuah ejekan yang sangat menarik, bahwa ketika itu, ketika Rasulullah dan para sahabat bersabar untuk mempertahankan Islam, ternyata kaum kafir Quraisy pun demikian. Mereka juga harus bersabar, harus bertahan terhadap gempuran ideologi yang di bawa oleh Islam ketika itu. Bahkan dalam praktiknya kemungkinan level kesabaran yang harus dimiliki oleh kaum kafir Quraisy ketika itu harus jauh lebih besar dari kaum musilmin. karena berbeda dengan Rasulullah yang punya modal luar biasa, Quraisy ketika itu memang punya kekuasaan, memang memiliki harta melimpah, tapi ideologinya, pondasi hidupnya, akidahnya masih jauh dari kaum muslimin mekkah.

Jelaslah bahwa dalam perang, sabar adalah sebuah kunci penting. Orang yang akan menjadi pemenang adalah orang yang paling sabar (Hilman Rosyid). Dan hal ini juga akan berlaku hingga saat ini.

tanam di hati benih iman sejati
berpadu dengan jiwa rabbani
tempa jasadmu jadi pahlawan sejati
tuk tegakkan kalimat Illahi
(izzatul Islam)


Wallahualam bishowaab
dikutip dari tausyiah Pak Hilman Rosyid